Turbin angin di Indonesia

    Wind Turbine atau turbin angin adalah pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan energi angin. Angin dapat berhembus pada pagi hari, siang hari bahkan malam hari. Kapanpun angin berhembus, Wind Turbine dapat mengubah dan menyimpannya menjadi energi listrik.






  Turbin angin merupakan energi alternatif yang cocok dikembangkan di berbagai tempat di Indonesia.


Sebagai sumber energi terbarukan, energi angin memberikan beragam pemanfaatan, diantaranya :






- listrik pedesaan/ daerah tertinggal
- pompa air untuk irigasi mikro
- pengolahan air baku daerah terpencil
- aerator tambak/ budidaya rumput laut


- pabrik es balok untuk nelayan








   Rasio investasi wind turbine cukup rendah. Untuk setiap 1 watt Wind Turbine, rasio investasi rata-rata adalah Rp 30.000. Artinya untuk Wind Turbine dengan kapasitas 1500 watt, rata-rata investasinya sebesar Rp 45.000.000.Sebagai pembanding adalah Solar Cell atau Photovoltaic (PV).

   PV memanfaatkan gelombang energi matahari untuk diubah menjadi energi listrik. Matahari bersinar pada pagi hingga sore hari. Namun efektif gelombang energi matahari yang dapat dimanfaatkan menjadi listrik hanya berkisar pada pukul 10.00 hingga 14.00 saja. Belum lagi jika angin berawan dan bahkan mendung, intensitas gelombang energi matahari juga mengecil.

   Rasio investasi wind turbine cukup tinggi. Untuk setiap 1 watt solar cell, rasio investasi rata-rata adalah Rp 70.000. Artinya untuk solar cell dengan kapasitas 1500 watt, rata-rata investasinya sebesar Rp 105.000.000.


Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Wind Turbine di Indonesia
berikut ini disampaikan oleh Fajar Sastrowijoyo dari  LPKEE ITB’s students blog
   Energi angin merupakan salah satu potensi energi terbarukan yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi listrik domestik, khususnya wilayah terpencil.Pembangkit energi angin yang biasa disebut Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ini bebas polusi dan sumber energinya yaitu angin tersedia di mana pun, maka pembangkit ini dapat menjawab masalah lingkungan hidup dan ketersediaan sumber energi.

PLTB: bebas polusi dan sumber energinya tersedia di manapun
Dari data Blueprint Energi Nasional, Departemen ESDM RI dapat dilihat bahwa potensi PLTB di Indonesia sangat menarik untuk dikembangkan karena dari potensi sebesar 9,29 GW, baru sekitar 0,5 GW yang dikembangkan, yang berarti baru sekitar 5,38%. Secara implisit, hal ini menyiratkan bahwa jumlah penelitian dan jumlah peneliti yang tertarik mengembangkan teknologi ini masih sangat sedikit. Prospek pengembangan teknologi ini masih sangat tinggi. Beberapa wilayah di Indonesia disinyalir dapat berkontribusi besar terhadap penggunaan pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) diantaranya wilayah NTT, Maluku, dan beberapa wilayah Indonesia bagian timur.
   Namun dari survey dan studi literatur dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pengembangan teknologi PLTB di Indonesia menghadapi beberapa masalah penting yang harus dipecahkan karena menghambat pengembangan dan mengurangi minat masyarakat untuk memakai energi angin ini, yaitu:
1.    Rendahnya distribusi kecepatan angin di Indonesia. Daerah di Indonesia rata-rata hanya memiliki kecepatan angin pada kisaran 2,5 – 6 m/s.
2.    Besarnya fluktuasi kecepatan angin di Indonesia. Yang berarti profil kecepatan angin selalu berubah secara drastis dengan interval yang cepat.
Peta persebaran potensi angin Indonesia. Dapat dilihat bahwa distribusi kecepatannya relatif rendah.

   Dengan rata-rata kecepatan angin yang rendah, generator yang dipasang harus dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin yang rendah (yang kemungkinan terjadinya paling besar). Masalahnya, karena fluktuasi kecepatan angin di Indonesia cukup besar, kecepatan angin sering melonjak tinggi selama beberapa saat. Jika kita merancang generator untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin rendah, generator tidak akan kuat menahan kecepatan angin yang tinggi. Akibatnya generator akan rusak.
   Maka dari itu, biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia  tidak dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan rendah yang kemungkinan terjadinya paling besar tersebut. Biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin yang sedikit lebih tinggi daripada kecepatan rendah yang dimaksud tadi.
   Namun solusi ini menghadapi masalah baru yaitu turbin tidak akan berputar dengan baik pada kecepatan yang sangat rendah (yang sering terjadi juga karena besarnya fluktuasi). Akibatnya daya tidak terbangkitkan pada kecepatan rendah. Maka sistem turbin angin di Indonesia sering tidak menghasilkan daya (karena kecepatan sangat rendah cukup sering terjadi). bagaimana mengatasinya?


sumber (dengan sedikit perubahan):
http://konversi.wordpress.com


3 komentar:

  1. Salam Green Power

    Untuk mengatasi masalah kecepatan yang rendah dan fluktuiasi yang tinggi, bisa diatasi dengan beberapa metode:
    1. Secara mekanis dapat dipasang governoor: Governoor mekanis dipasang antara poros turbin dan generator listrik. Fungsinya menstabilkan putaran generator meski putaran turbin fluktuatif.
    2. Secara elektrik dapat dipasang regulator: Kecepatan poros akan berbanding lurus dengan tegangan output generator, Regulator akan menstabilkan tegangan tersebut pada kondisi yang diinginkan (misal 220 Volt).
    3. Metode lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan generator DC (Direct Current). Generator DC dapat beroperasi dari putaran 200 Rpm sampai 12000 Rpm sehingga sangat cocok pada penggerak yang fluktuatif. Kemudian jika dikehendaki tegangan AC 220 Volt dapat dipasang Inverter DC to AC. Output dari inverter diset 220 Volt 50-60 Hz, ini sangat cocok untuk digunakan hampir disemua peralatan listrik di Indonesia.

    Info lebih lanjut \n '> caesar.teknik@yahoo.com

    Salam Green Power

    BalasHapus
  2. nice.. benar-benar menjawab pertanyaan saya sebagai arsitek. Dapatkah saya tetap terhubung dengan engineer2 seperti anda? Saat ini saya sedang melakukan studi tentang penerapan energy generated building di Indonesia dimana nantinya tentu akan diaplikasikan pada perancangan2 saya saat praktek nanti. Tentu saya membutuhkan bantuan teman2 engineer lainnya untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Hubungi saya di avenue_syalom_ws@yahoo.com

    BalasHapus
  3. sbetulnya ada solusi, kalau memang tidak di atas, apakah bisa dilakukan di bawah permukaan air

    BalasHapus